IBUKU PEREMPUAN BERWAJAH SURGA
Ketika Cinta
Menyapa
Pagi
yang sangat cerah, udara begitu sejuk menusuk kulit.Seorang gadis berparas
cantik, berkulit sawo matang, masuk ke dalam kamar dan segera mengambil sebuah
buku yang tergeletak di lantai.
Suasana
sebuah kampus ternama di Malang begitu ramai. Pemilihan Presiden EM (Eksekutif
Mahasiswa) menjadi ajang debat yang sangat menarik. Hari ini adalah hari
terakhir pemilihan EM yang baru setelah melalui proses panjang pemilihan calon
EM dari beberapa fakultas di kampus itu.
Sebagai
mahasiswi yang cerdas dan memiliki sifat yang baik, Risma dijagokan menjadi
Presiden EM yang baru. Risma merupakan mahasiswi semester enam yang mengambil
jurusan ilmu komunikasi.Ayahnya hanyalah seorang guru di Madrasah, sementara
ibunya seorang penjual nasi pecel. Risma merupakan anak kebanggaan orangtuanya.
Sejak kecil Risma berusaha untuk mandiri dan tidak merepotkan keluarganya.
Sementara itu, seorang pemuda dengan
pakaian kemeja rapi terlihat duduk di
sebuah deretan kursi yang berada di depan ruang dosen. Pemuda itu bernama
Andre. Mahasiswa tingkat akhir jurusan kedokteran. Risma lalu berjalan menuju
podium. Langkahnya terlihat yakin dan tenang.Andre pun melihat tiap langkah
Risma. Risma terlihat sangat mempesona di mata Andre. Andre kemudian menulis
nama Risma di kertas putih itu dan ia juga menulis kalimat pendek.
Risma, kau mengagumkan! Itulah kata yang
ditulis Andre. Yang terpilih menjadi Presiden EM yang baru adalah Dani,
mahasiswa MIPA.
Jatuh cinta adalah hal yang aneh buat
Andre. Andre pun mencoba dekat dengan Risma. Meraka mulai akrab, bahkan Andre
dikenalkan pada temen-teman dekat Risma. Suatu malam, Andre mengajak Risma
pergi ke kawasan wisata di Daerah Batu.
Andre lalu meraih tangan Risma, lalu
Andre berkata: “Aku cinta kamu Risma merasa jadi lebih bersemangat menjemput
kehidupan. Andre ingin secepatnya bisa lulus dan buktikan kepeda Risma bahwa
impian yang mereke buat akan segera terwujud. Impian tentang keluarga kecil dan
rumah di puncak bukit.
Benih-Benih
Cinta
Hujan deras kembali mengguyurkota Malang
malam itu. Sementara itu, Risma tampak terbaring sambil tangannya terus
memegangi perut, terlihat kesakitan namun coba ditahannya.
Sudah sepuluh kali Risma mencoba
menelepon Andre namun tak ada juga jawaban.Akhirnya, Risma terjatuh kelantai,
tepat sebelum jemarinya membuka pintu kamar.
“Andre kamu ingat Rieska? Dalam hati
Andre sebenarnya sudah tahu apa yang hendak disampaikan Ibunya. Perjodohan
adalah hal yang sangat ia benci. Andre pun meraih telepon genggamnya yang
sedang di charge di kamarnya. Ada sepuluh panggilan tak terjawab, Risma!
Hatinya mulai meraih teleponnya yang sedang di charge.
“Hallo, Din. Aku hanya ingin tanya, apa
kau bersama Risma?” “Iya, aku memang sedang bersamanya.” Risma tadi setelah
maghrib terjatuh di kamarnya. Risma kini dirawat di rumah sakit. “Bersyukurlah,
ia tidak apa-apa. Hanya ada infeksi di saluran pencernaan. Sepertinya ia
memiliki sakit maag yang sudah akut.Dokter lalu mengajak Andre keluar kamar.
Dari hasil lab diketahui pasien Risma sudah mengandung. “Iya, dia sedang hamil
1,5bulan.”
Andre yang masih terperanjat harus
menerima kenyataan bahwa Risma hamil masih terlihat bengong. Andre yang
terlihat memasuki kamar dengan wajah bahagia.
“Aku juga menyayagimu, aku akan
bertanggungjawab dan aku akan menikahimu. Andre lalu memutuskan untuk
megenalkan Risma pada orangtuanya di Surabaya. “Risma itu kekasih Andre , Ma.”
Kata yang membuat jantung Risma berdesir, seakan-akan kalimat “Ohh” memiliki
makna bahwa ia adalah gadis kampung, orangtuanya miskin, dan tak memiliki masa
depan.
Risma pun pergi maninggalkan Andre.
Risma pun memberi surat kepada Dini untuk diberikan pada Andre.Andre hanya bisa
termangu sambil menatap Amplop yang diberikan oleh Dini.
Andre mencoba membaca surat itu dan kini
ia merasakan pedih yang begitu hebat di hatinya.Andre lalu meninggalkan orangtuanya
dan menggurung diri di kamar seharian.
Matahari
Kehidupan
Sementara itu, di sebuah bus jurusan
Madiun Malang, tampak Risma duduk sendirian di kursi bagian tengah. Risma kini
tak tahu lagi harus berbuat apa. Semua terasa hancur, ia tak lagi punya
samangat meneruskan hidup.
Di sebuah lampu merah lainnya, ia
melihat seorang anak yang dengan susah payah menggendong ibunya yang lumpuh.
Risma berjalan menuju sebuah rumah kecil yang terletak di dalam komplek
perumahan sederhana. Malam itu Risma dan muntah beberapa kali di kamar mandi.
Keesokan
harinya, Risma kembali masuk kuliah. Semakin hari, kehamilan Risma semakin
terlihat. Dokter meyarankan agar Risma banyak istirahat di rumah karena infeksi
di saluran pencernaannya terlihat makin parah. Ejekan dan cemooh mulai ia
terima, bahkan ia sering di panggil sebagai perempuan panggilan.
Penderitaan batin yang terus menerus
akhrinya membuat Risma harus mengalah. Usia kandungannya sudah menginjak 6
bulan satu-satunya teman yang masih sering menjenguk bahkan kadang
membawakannya makanan hanyalah Yogi.baginya,asal anaknya kelak lahir dengan
selamat maka itu sudah pemberian yang Tuhan berikan untuknya.
“Ris,kau
mau melahirkan!” Tetangganya itu segera keluar rumah dan mencari pertolongan.ia
pun segera dibawa ke ruangan bersalin.
“Kalian
menyelamatkan dua nyawa sekaligus…”ucap dokter itu. Air ketuban itu sudah habis
begitu sampai di ruang persalinan, Tuhan memang sangat pemurah. Setelah boleh
pulang dari rumah sakit,para tetangganya pun berkumpul untuk menengok Risma dan
anaknya.
Tiba-tiba
sebuah buku terjatuh dari rak buku yang ada di ruang depan rumah itu. Lalu
salah satu ibu bacakan nama penulis buku itu. “Jalaludin Rumi” itulah nama anak
Risma. Ya,kini Risma punya semangat baru,matahari baru yang akan membakar api
kehidupannya.
Pangeran Kecil
Bayi
itu tumbuh menjadi anak yang sehat. Risma tampak begitu bersemangat bekerja,
apalagi jika Rumi menyambutnya setiap kali ia pulang ke rumah.
Meskipun waktu yang dimiliki sangat sedikit, namun Risma mencurahkan
segala kasih sayangnya kepada Rumi.
Setiap malam, sebelum tidur biasanya ia
mendongengkan cerita kepada Rumi yang ditutup dengan nyanyian kasih ibu.
Satu hal yang masih membuat Risma
bingung adalah bagaimana jika kelak Rumi menanyakan tentang ayahnya.
Hari-harinya makin bewarna. Risma suka
sekali setiap ia bermain dangan Rumi.
Risma pun mengambil kertas dan pensil.
Ia menggambarkan letak matahari, bulan dan bumi hingga Rumi mengerti kenapa
tidak ada matahari saat malam hari.
Di
usia dua setengah tahun Rumi mulai belajar berbicara, setelah itu ia mampu
mengucapkan beberapa kata dan menghafal setiap kata yang ia dengar. Pangeran
yang kelak diharapkanya menjadi penakluk kehidupan yang keras ini.
Maafkan Aku
ibu
Kini Rumi memasuki usia 6 tahun ia samakin mengerti bahwa ia memiliki sosok
ibu yang luar biasa. Suatu hari, setelah ibunya berangkat untuk menjualkue,
Rumi kemudian ingin membantu ibunya menyiapkan pakaian-pakaian yang akan
dicuci.
Sepulang dari pasar,Risma langsung menuju
kebelang untuk mencuci pakaian. Risma panik, kedua kemeja warna putih
terlihatada bercak hitam karena lunturan baju warna lain. Risma memaklumi sifat
seorang anak kecil yang ingin membantunya. Mereka berpelukan cukup lama.
Matahari yang bersinar terikmembuat
pakaian yang dijemur menjadi kering. Pemilik kemejanya tak menjawab, ia hanya
memandangi noda yang ada di kedua kemeja putih itu.
Risma yang memang selalu mengajarkan
tentang budi pekerti itu merasa semakin bangga pada anaknya itu.
Hidup yang samakin penuh keriangan. Risma
yang kini hanya fokus untuk merawat dan membesarkan Rumi.
Selamat Ulang
Tahun, Ibu
Menginjak usia sekolah, Risma pun
menyekolahkan Rumi di sebuah sekolah negeri. Rumi selalu menduduki peringak
pertama tiap pembangian hasil ujian mulai dari kelas 1 hingga kelas 4.
Rumi pun mulai menabung dan mengumpulkan
uang jajan, serta uang transport ke sekolahnya. Hampir setiap hari Rumi
melakukan semua itu, untuk membelikan ibunya kalung. Ibu Rumi selalu
mengajarkan pada Rumi kalau kita harus sabar.
Rumi merasa tubuhnya mendadak lemas. Tak
lama kemudian penjaga toko memberiakan kalung dan bandul lengkap dengan
surat-suratnya.
“Selamat ulang tahun, ibu... ini hadiah
dari Rumi untuk ibu..”
Risma membuka kotak perhiasan
itu,seuntai liontin dan bandul bulan sabit. Rumi pun menceritakan bagaimana ia
mengumpulkan uang transportdan uang jajannya setiap hari.
Setelah agak tenang, Risma mencoba
menidurkan Rumi. Ia menyanyikan lagu Kasih Ibu hingga Rumi terlelap tidur.Sebuah
getir yang menyadarkannya bahwa hidup benar-benar berisi kejutan yang tak
pernah ia kira.
Pewaris Yang
Gagal
Di lain pihak, Andre yang sudah menikah
dengan Rieska yang dipilih oleh orang tuanya tapi mereka belum memiliki
keturunan. Rieska yang merasa dipojokkan karena dialah yang divonis mandul oleh
dokter hanya diam saja.
Setiap perempuan pasti ingin memiliki
anak. Malam itu Andre sangat gelisah. Sejak hari itu, kesibukan mereka mencari
Risma. Berdasarkan data itu, mereka makin bersemangat mencari keberadaan Risma.
Sebelum
Rieska pergi sempat terjadi pertengkaran hebat antara Rieska dengan Andre.
Andre terdiam mendengar omongan Rieska.
Andre
berusaha mengejarnya namun Rieska tetap memaksa pergi. Malam itu kota Surabaya
kembali di guyur hujan. Ia kemudian membuka folder yang sengaja ia rahasiankan
di komputernya dari Rieska. Wajah manis dan tatap mata sahayu yang ia sangat
rindukan.
Keberadaan Riesma sudah diketahui. Andre
terdiam saat melihat foto anaknya yang benar-benar mirip dirinya ketika kecil.
Andre merasa lebih tenang, ia benar-benar tak sabar melihat anak itu.
Keturunan Yang Hilang
Siang
itu Rumi baru pulang sekolah. Seorang
nenek yang sudah berumur yang mengahampirinya. Rumi kembali terdiam. Ia ingat
pesan ibunya agar tak sembarang berbincang dengan orang yang tidak di kenalnya
Tak
lama kemudian ia sampai di rumahnya. Tak berapa lama Risma yang muncul tampak
kelelahan sambil membawa beberapa tempat kue.
Degup jantung Risma terasa tak beraturan.
Ibunya Andre lalu menceritakan semua yang terjadi pada Risma. Ibunya mengakui
kesalahan yang ia lakukan. Kami hanya ingin Rumi sekolah yang lebih baik.
Risma terdiam, ibu Andre pun setuju lalu
berpamitan pulang. Melihat Rumi yan tertidur pulas membuat hati Risma sangat
tenang. Tawaran dari ibunya Andre dia
ras cukup layak untuk Rumi. Ia rasa ia terus terjaga memikirkan segala
konsepkuensi yang akan hadir.
Ketika Hidup Harus Memilih
Suara adsan terdengar merdu menyambut
pagi. Risma pun segera memeluk Rumi. Keinginan Rumi menjadi dokternya sangat
bahagia. Agar Rumi bersekolah merai cita-citanya itu.
Sinar matahari pun masuk melewatin selah
pentilasi. Risma selalu mencoba memberikan pemahaman pada Rumi agar bersedia
ikut dengan ibunya Andre, nenek kandunganya.
Pelukan terakhir menjadi menjadi tanda
perpisahan Rumi dan ibunya. Mobil sedan itu pun memasuki rumah mewah. Andre
hanya melihat sebentar, ia ingin mencium Rumi,tapi takut anak itu bangun.
Matahari sudah terlihat bersinar terang.
Setelah berganti pakaian, Rumi kemudian diajak bermain oleh Andre. Dua hari
kemudian, Andre mengantarkan Rumi ke sekolahnya yang baru.
Seusai pulang sekolah, Rumi langsung
menagih janji ibunya yang akan datang menemuinya di Surabaya. Sampai
maghrib tiba ibunya belum juga datang.
Rumi menatap ibu Andre tajam. Rumi juga
tak mau turun untuk menikmati makan malam. Rumi mulai bisa sedikit tenang dan
mampu tersenyum. Sikap Rumi yang menonjol dibanding anak-anak lainnya
membuatnya kemudian terpilih menjadi ketua kelas.
Buku
Harian
Minggu berlalu, Rumi masih sabar
menunggu kedatangan ibunya ke Surabaya. Rumi menulis buku harian tentang
kerinduannya pada sosok ibu. Andre lalu mengambil buku itu lalu membaca halaman
pertamanya.
Andre makin tertarik pada buku harian.
Tiba-tiba Rumi masuk ke dalam kamar. Ia lalu memeluk Rumi. Rumi membalas pelukan Andre dengan erat.
Di akhir bulan, Rumi diizinkan untukpulang ke
Malang. Risma yang mendengar suara Rumi menoleh dan langsung menyanbut Rumi
dengan pelukan.
Risma
memperhatikan Rumi yang kini tampak lebih bersih, wajah anak itu terlihat makin bersinar.Tiba di rumah yang
dulu ia tempati,Rumi tampak begitu menikmatinya. Risma memeluk Rumi dengan
erat. Tekadnya untuk membahagiakan ibunya makin tebal.
Risma
melepas Rumi dengan pelukan dan doa tulus. Risma mampu menahan air matanya,
meski pada akhirnya menetes setelah mobil sedan itu tak lagi terlihat.
Cahaya yang Redup
Hari-hari berlalu dengan sempurna.
Kehidupan pernikahan Andre yang tak bisa lagi diselamatkan membuatnya bercerai
dengan Rieska. Banyak sekali tamu yang melawat ke rumah. Sejak ayahnya Andre
meninggal.
Ia menulis semua kerinduan dan pengalaman
sekolahnya di buku diari. Di tengah perjalanan itu, hujan turun angat deras.
Tubuh Rumi mengigil karena demamnya makin tinggi.
Setiap hari Rumi merasa bosan di rumah,
ia akan pergi ke lapangan luas. Ia benar-benar mersa kesepian di rumah itu.
Rumi mulai membayangkan apa yang terjadi dengan ibunya.
Kepergian Rumi selama dua hari itu
membuat Andre dan ibunya sangat panik. Pak Ujang lalu menepikan mobilnya tepat
di samping mushola yang bercat hijau kusam.
Begitu pintu terbuka, ia melihat seorang
anak yang sedang tertidur. Ya, anak itu adalah Rumi. Setelah Rumi tenang,
mereka pun mencoba memgajak Rumi pulang. Rumi pun mengaguk dan memutuskan
kembalike Surabaya malam itu juga.
Pemuda Yang
Gagah
Waktu berlalu, sejak kejadian di Malang
Rumi akhirnya kembali bersekolah lagi. Rumi tumbuh menjadi seorang yang tampan
dan gagah.
Saat
itu memang kondisi perusahaan ayah Andre sedang merosot. Rumi sering
membayangkan jikaAndre adalah ayah kandungnya. Rumi samakin besar, ia sudah
menjadi pemuda yang sangat tampan.
Sejak
kelas tiga SMA, Rumi sudah mengendarai mobil sendiri yang dibelikan oleh Andre.
Suatu hari, Rumi tak sengaja menyerempet seorang gadis yang akan berangkat ke
sekolah.
Rumi
dengan sikap dewasa turun dan meminta maaf.
Nadia berjalan pincang, melihat itu Rumi langsung mengandeng tangan
Nadia. Mereka lalu bercerita tentang sekolah masing-masing.
Meski
sudah dekat, Rumi tetap menganggap Nadia sebagai temannya. Tak ada alasan untuk
menjauhi atau meminta Nadia pergi dari hidupnya. Kadang ia juga berpikir bahwa
hidupnya mulai diatur dan ia tidak suka itu.
Jatuh Cinta
Padamu
Pagi
itu, Rumi terlihat bersemangat pergi sekolah. Tak jarang dan Nadia belejar
bersama. Rumi kemudian menelepon Nadia yang ternyata sudah menunggunya.
Mobil
melaju pelan kerena ada kecelakaan. Nadia yang sudah selesai membaca melihat
seorang pengemis buta di tepi jalan.
Matahari
makin terik bersinar. Nadia lalu turun dan mengucapkan terima kasih. Rumi
mengemudikan kembali mobilnya menuju tampatnya bersekolah.
Kampus Biru Kota
Malang
Pendaftaran
mahasiswa baru selalu menjadi peristiwa yang ditunggu. Di sana Rumi mengambil Fakultas
Kedokteran. Andre tampak takjub dengan perkembangan dan perubahan armamaternya
dulu.
Ia
lalu mengajak Rumi berkeliling kampus yang sejak dulu tersa teduh dan asri itu.
“Rumi, dulu paman Andre kuliah di sini.”
Kampus
ini memang dilengkapi fasilitas Wi-Fi sehingga sangat memudahkan mahasiswa yang
sedang belajar di kampus.
Beberapa
minggu kemudian, Rumi dinyatakan lulus seleksi penerimaan siswa baru.Kedekatan
mereka setiap hari makin dekat.
Ibu
Andre yang kemudian mengetahui hubungan Rumi dan Nadia yang makin erat.
Setidaknya kini ia lebih ketat menyeleksi gadis yang akan dijodohkannya dengan
Rumi agar kelak ada keturunan lagi.
Perjodohan Yang
Terulang
Diam-diam Rumi dijodohkan dengan gadis
cantik anak pengusaha terkenal dari Jakarta. Di situ ia melihat gadis yang akan
dijodohkan dengannya, cantik, namun ia sama sekali tak tertarik.
Sikap Rumi yang dingin itu membuat
Kirana kesal. Menurutku hidup itu harus dinikmati saja. Mendengar perkataan
itu, Rumi pun semakin tak suka dengan gadis manja.
Menurut Rumi tidak begitu cantik. Rumi
sendiri sudah memiliki pasangan dan Rumi yakin ia adalah jodoh Rumi kelak,
namanya Nadia.
Bagaimana mungkin di jaman sekarang
masih ada bentuk perjodohan. Terlebih lagi ia sudah sangat yakin jika ia
mencintai Nadia.
Rumi pun kembali ke Malang. Setelah itu
Rumi pun berpamitan pulang ke Malang, kali ini ia memang tak ingin bicara lagi
tantang perjodohan, tantang Kirana ataupun tantang darah keturunan Soemoatmojo.
Pertemuan
Jalanan kota Malang terasa begitu tenang
di akhir pekan. Nadia yang melihat seorang pengemis wanita buta segera mencari
uang dalam kantungnya.
Sejenak Rumi melihat pengemis itu.
Bayangan wajah ibunya kembali hadir. Kali ini Rumi bertekad untuk membuktikan
bahwa masa depan harus diperjuangkan sendiri.
Seperti ada rasa lega ketika Rumi
membantu pengemis buta itu. Ia mendengar pengemis buta itu sedang
mrnyanyikan lagu “Kasih Ibu”. Ada
getaran hebat dalam hati Rumi. Ia kemudian megikuti pengemis tua itu.
Akhirnya, Rumi pun tahu bahwa gadis itu
adalah ibunya. Mereka berpelukan sangat erat,air mata membanjiri pipi Rumi
begitu juga Risma.
Tiba-tiba Risma batuk. Risma pun meminum
air sedikit. Tak lama, ia pun mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit.
Dilema
Hasil pemeriksaan di rumah sakit
akhirnya diketahui Risma menderita penyakit TBC yang sudah akut. Rumi lalu menuntun ibunya ke sofa yang ada di
ruang tangah.
Pagi-pagi sekali Rumi sudah bangun. Rumi
lalu membantu ibunya memasuki kamar mandi. Ibunya tersenyum lalu menuju tampat
wudhu.
Di hatinya, ingin sekali Andre mendengar
Rumi memanggilnya ayah. Wajah ibu Andre terlihat senang, sementara Andre tetap
memikirkan keiginannya agar Rumi mengetahui siapa dia sebenarnya.
Ibu
Tetaplah Ibu
Kebahagian Risma yang kembali bertemu
Rumi membuatnya merasa sangat bersyukur. Jalan kota Malang ramai oleh
kendaraan.
Telinga Rumi sangat panas karena mendengar
ocehan Kirana yang seakan tak ada habisnya. Suasana ruang tengah terasa tak
nyaman.
Rumi yang semakin gelisah akhirnya ijin
ke kamarnya. Hampir dua jam Rumi mengurung diri di kamar. Entah kenapa justru
Rumi seakan memiliki keberanian untuk mengungkapkan bahwa ia bertemu dengan
ibunya.
Rumi terdiam. “Rumi akan melepaskan
semua pemberian nenek.” Rumi terdiam lagi. “Rumi akan tinggal bersama ibu
Rumi.”
Tuhan telah membimbing Rumi menemukan
ibu kembali. Terima kasih atas semua yang telah diberikan. Andre sangat senang mendengar kabar bahwa Risma
sudah ditemukan.
Kini saatnya ia menjadi pangeran yang
sebenarnya untuk ibu. Tekad Rumi sudah bulat, meski ia tahu semua pasti tak
akan semudah apa yang ia pikirkan.
Air Mata
Bahagia
Rumi sampai di kontrakannya setelah
Isya. Ia lalu menuntun ibunya ke meja makan. Risma tersenyum, ia lalu membelai
wajah anaknya.
Keputusan Rumi yang melepas semua
warisannya membuatkalang kabut keluarga Andre. Ia pun masuk dan mendapati
ibunya tengah berbincang dengan paman Andre.
Mendengar kata “ayah” yang terucap dari
bibir ibunya, Rumi sontak terkejut. “Ibumu benar. Akulah ayah kandungmu Rumi.”
Paman akan jelaskan ke nenek tentang
keputusan Rumi untuk merawat ibu. Risma lalu menceritakan bagaimana
pertemuannya dengan Andre di Kampus Biru.
Rumi pun memeluk ibunya dangan erat.
Tiba-tiba Risma batuk, bercak darah kemudian terlihat di telapak tangannya.
Andre yang sudah bicara tentang Rumi dan Risma kepada ibunya terlihat gelisah.
Andre yang langsung menuju ruang
perawatan intensif. Sejak semalam, Risma memang tidak sadarkan diri. Garis alat
vital masih terlihat naik turun tak stabil.
Ada perasaan canggung antara Rumi dan
Andre. Kelopak mata ibunya terlihat bergerak-gerik. Risma kemudian mengarakkan
kembali tangannya seakan ingi memeluk.
Mendengar itu, Andre segera mendekatkan
dirinya. “Aku ada disini Ris.. bersamamu.. juga anak kita Rumi.. anak kita.”
Aku juga menyayangi kalian, aku sudah bahagia bisa barsama kalian.
Risma menggenggam erat masing-masing
jemari tangan yang yang menggenggam erat tangannya. Senyum terlihat dari bibir
Risma.Tak lama kemudian, genggaman tangan ibunya terasa mengendur.
Melihat monitor detak jantung yang
ternyata sudah tak menunjukkan detak jantung ibunya. Rumi menangis dan memeluk
ibunya, sementara Andre menggenggam erat jemari Risma. Malam itu Risma
menghembuskan nafas terkhirnya bersama orang-orang yang dicintai.
*** The End
***